Selasa, 29 April 2008

Permintaan hati


terbuai aku hilang
terjatuh aku dalam
keindahan penantian
terucap keraguan hati yang bimbang
yang terhalang kepastian cinta

*aku.......... hilang...2x

tersabut kabut malam
terbiasnya harapan
yang tersimpan secipta bertuan
terasa kerinduan hati yang bimbang
yang terhempas
kepastian cinta

dengarkan permintaan hati
yang teraniayaya sunyi
dan berikanlah arti..pada hidupku
yang terhempas yang terlepas...

pelukanmu bersamamu
dan tanpamu
aku hilang selalu...

*



aku ingin bicara! tapi kenapa di depanmu aku hanya diam?

Kamis, 10 April 2008

"mrinding indah"


shalawat nabi?

inget ketika berjalan di pelaminan... (shalawat itu mengiringi langkah kita)

kenapa....jadi gemetaran...? seolah shalawat itu mengingatkan aq pada Nabi, Nabi yang mungkin hanya setengah dari beliau yang aku kenal....., campur aduk perasaan....

Nabi...? aku tak mengenalmu.... tapi smua bikin aq "mrinding indah" halah...


Allah sudah dekatkah aq dengan mu, menyempurnakan ibadah...dari sunnah RosulMu....Nabi-ku...


Allah indahku....

benarkah shalawat itu mewakilkan kami, dari Nabiku....yang seolah-olah ada di samping kami

walau dosa benar ada di laku kami sebelumnya.....

tapi Allah, Nabiku...mengiringi kami....


terima kasih, .....


I love U......


Senin, 24 Maret 2008

8 Maret 2008


Sabtu, 8 Maret 2008


Akad Nikah pk.08.00 pagi


Now, gw resmi jadi nyonya Dimas Pramudita...

seorang yang menjadi bagian hidupku sekarang.....

sesuatu hal yang baru, semoga..

diliputi hal yang membahagiakan, coz....kita datang dari pribadi yang berbeda...

dan Allah menyatukan kita.....

semoga cinta Allah selalu menyertai langkah kami berdua...sakinah, mawadah, warohmah...

Amien...


Minggu, 24 Februari 2008

AKU

Tatapan wajahnya di cermin, luapan amarah terpancar pada matanya
kebencian tak terbatas pada orang yang ada di hadapannya, yang dengan jelas dia kenali dan bersamanya sejak menjadi janin...
campakkan diriku Tuhan..teriaknya
tak pantas aku akan kebohongan diri....menghakimi diri...membiarkan sedih berjelaga di hati, dan menjadi malaikat bagi orang yang indah hati..
malaikat pembunuh!
lambat laun akan benar-benar membunuh dengan kejam
bagai sambaran petir seruncing pedang berkilap-kilap
mata...mata..dicermin itu tetap membenci
menatap sosok sendiri
kenapa? tak bisa cinta singgah di kejujuran
ataukah batu itu menjadi besi
yang hanya bisa dihancurkan dengan api
menyedihkan! kau sosok yang menyedihkan!
berkatalah cermin pada dirinya yang lain dihadapannya
lambang surga itu bahkan tak lagi terasa
kejujuran amat sangat mematikan
menikam-nikam setiap bagian rohnya, raganya, bahkan ruang pikirannya
kenapa Rabb? kenapa Rabb?
kenapa terbiarkan semua mengalir tak terbendung
jika semula begitu menggoda
sepi telah datang memaksa untuk melangkah, teringat ketika dia menghisap aroma tubuh, begitu dalam terekam di kepala
tak tahukah racun yang bersemai di tempat yang lebih dalam dari itu….
sungguh, pasir itu telah terlempar tepat di mataku, dan kerikil itu menghujamiku sangat beruntum, kobaran api siap melahap setiap jengkal kulitku
suatu kepuasan bagi dunia menghukumku, betapa munafik raga yang bisu namun pemikir berdarah dingin
cermin-cermin itu menatap tajam rupa, menghardik bisu dalam gambar pantulan, dan tertawa menikam-nikam…
semakin hitam kulihat bayang…semakin parau aku berucap, semakin lambat aku melangkah
kuatkan aku Rabb! Kuatkan!
Atas semua lantunan kematian hati yang sering ku dengungkan, yang sering kubiarkan…bergeliat-geliat mengalir bersama darah berarah ke otak..
Campakkan mereka! Biarkan cahayamu terlihat mereka
Biarkan mereka menguap tak tertahankan….
Hancurkan semua cermin-cermin di depanku
Biarkan aku melihat diri pada sungai-sungai yang mengalir deras namun jernih
Agar setiap langkah penjerumusku terbawa oleh aliran sungai
Dan aku tetap bisa melihat wajahku…..yang terganti setiap waktu oleh aliran yang lain
Cinta lambang surga, tak hanya sekali terlihat, namun tak juga berulang kali singgah dengan tulus, cinta berupa kesempatan…sekali datang sekali hilang
Sempatkan diriku menggapainya, memeluknya dan mengikuti setiap lantunannya….seirama berlekuk-lekuk, biarkan aku gemulai beriringan dan bergandengan menujuMu. Agar Kau tersenyum Rabbku…

Rina, 8 Juli 2006, continue 11 Juli
12.00 am, at my office, AKU

Kamis, 21 Juni 2007

dari Jalaludin Rumi

Sungguh gembira bila tangannya meraih tanganku dengan penuh cinta, menampakkan kepala di jendela seperti bulan bercahaya.

Seandainya penyejuk hatiku tiba, meringankan beban tangan dan kaki, kerena tangan dan kakiku sekarang masih terbelenggu oleh tangan dunia.

“Kau akan tahu aku tak bisa hidup tanpa kau, demi Tuhan yang mencabut nyawa insani, mati jalan terbaik bagiku dari pada tersesat di muka bumi.”

Aku tidak akan percaya Kau akan meninggalkan hambamu ini, sudah sering ku katakan, banyak musuh-musuhku sering kali menyiarkan berita palsu.

Kaulah jiwaku, tanpa jiwa aku tidak akan tahu bagaimana seharusnya hidup, Kaulah mataku tanpa Kau, aku akan buta.

Kau yang datang di waktu subuh pembawa pelita dan melayangkan hatiku, ambil layangkan pula rohku, jangan hanya hatiku.

Kutebarkan buaian agar hatiku diam, hatiku akan tidur lelap bila buaian ini tertanam.

Jika ia datang dengan hati riang gembira, berbaringlah kau dan pandang jelas mukzizat Tuhan itu.

Jalaluddin Rumi
Diwan
Syam-I Tabriz

Salib orang-orang Kristiani, dari ujung ke ujung telah aku kaji.
Dia tidak ada di salib itu.
Aku telah pergi ke kuil Hindu dan Pagoda tua.
Di tempat itu tidak ada tanda-tandanya.
Aku pergi kedataran tinggi Herat dan Kandahar, aku melihat Dia tidak ada di dataran tinggi maupun rendah.
Dengan hati mantap lalu aku pergi ke puncak gunung Qaf, disana ternyata hanya ada sarang burung 'Anga.
Aku pergi ke Ka'bah. Dia tidak ada di sana.
Aku lalu bertanya kepada Ibnu Sina tentangnya,
Dia di luar jangkauandari filosuf ini.
Aku melihat ke dalam Qalbuku sendiri, di situ tempatnya. Aku melihatnya.
Dia tidak di tempat lain.



"Biarkan dirimu ditarik secara diam-diam oleh suatu tarikan yang lebih kuat dari apa yang benar-benar engkau cintai."
Lalu cahaya hatinya begitu sangat terang dan Allah menguatkan hati itu dengan cahaya-Nya...


Jalaludin Rumi, 76 Aug 22, '06 1:41 AM, for everyone


Bila semua tidur, tapi tidur tak akan sanggup untuk menerbangkan aku, menerbangkan hati yang duka seperti aku, setiap malam mataku tak henti-hentinya menghitung tebaran bintang di langit.
Tapi tidur telah pergi dari mataku seakan tak akan kembali lagi, tidurku sudah meneguk racun perpisahan darimu, dan tak memiliki nafas lagi.
Apakah mungkin kuberikan obat pertemuan untuk ia yang telah terluka, yang telah menyerahkan mata dan hatinya kepada tanganmu?

Apakah, pintu kebajikan suatu ketika dan buat selama-lamanya keliru, jika kau mau memberikan anggur murni, apa kau juga tak mau memberikan sisa setetespun?

Tuhan telah memberikan cara bersenang-senang di ruang masing-masing, tanpa kehadiran kau tak seorang akan menemukan jalan yang lurus meuju ruang itu.
Jika aku telah merubah debu di jalan cinta, jangan kira aku berbuat sia-sia, apakah mungkin orang yang telah mengetuk pintu penyatuan denganmu akan sia-sia?
Jalaludin Rumi, 76