Minggu, 24 Februari 2008

AKU

Tatapan wajahnya di cermin, luapan amarah terpancar pada matanya
kebencian tak terbatas pada orang yang ada di hadapannya, yang dengan jelas dia kenali dan bersamanya sejak menjadi janin...
campakkan diriku Tuhan..teriaknya
tak pantas aku akan kebohongan diri....menghakimi diri...membiarkan sedih berjelaga di hati, dan menjadi malaikat bagi orang yang indah hati..
malaikat pembunuh!
lambat laun akan benar-benar membunuh dengan kejam
bagai sambaran petir seruncing pedang berkilap-kilap
mata...mata..dicermin itu tetap membenci
menatap sosok sendiri
kenapa? tak bisa cinta singgah di kejujuran
ataukah batu itu menjadi besi
yang hanya bisa dihancurkan dengan api
menyedihkan! kau sosok yang menyedihkan!
berkatalah cermin pada dirinya yang lain dihadapannya
lambang surga itu bahkan tak lagi terasa
kejujuran amat sangat mematikan
menikam-nikam setiap bagian rohnya, raganya, bahkan ruang pikirannya
kenapa Rabb? kenapa Rabb?
kenapa terbiarkan semua mengalir tak terbendung
jika semula begitu menggoda
sepi telah datang memaksa untuk melangkah, teringat ketika dia menghisap aroma tubuh, begitu dalam terekam di kepala
tak tahukah racun yang bersemai di tempat yang lebih dalam dari itu….
sungguh, pasir itu telah terlempar tepat di mataku, dan kerikil itu menghujamiku sangat beruntum, kobaran api siap melahap setiap jengkal kulitku
suatu kepuasan bagi dunia menghukumku, betapa munafik raga yang bisu namun pemikir berdarah dingin
cermin-cermin itu menatap tajam rupa, menghardik bisu dalam gambar pantulan, dan tertawa menikam-nikam…
semakin hitam kulihat bayang…semakin parau aku berucap, semakin lambat aku melangkah
kuatkan aku Rabb! Kuatkan!
Atas semua lantunan kematian hati yang sering ku dengungkan, yang sering kubiarkan…bergeliat-geliat mengalir bersama darah berarah ke otak..
Campakkan mereka! Biarkan cahayamu terlihat mereka
Biarkan mereka menguap tak tertahankan….
Hancurkan semua cermin-cermin di depanku
Biarkan aku melihat diri pada sungai-sungai yang mengalir deras namun jernih
Agar setiap langkah penjerumusku terbawa oleh aliran sungai
Dan aku tetap bisa melihat wajahku…..yang terganti setiap waktu oleh aliran yang lain
Cinta lambang surga, tak hanya sekali terlihat, namun tak juga berulang kali singgah dengan tulus, cinta berupa kesempatan…sekali datang sekali hilang
Sempatkan diriku menggapainya, memeluknya dan mengikuti setiap lantunannya….seirama berlekuk-lekuk, biarkan aku gemulai beriringan dan bergandengan menujuMu. Agar Kau tersenyum Rabbku…

Rina, 8 Juli 2006, continue 11 Juli
12.00 am, at my office, AKU

1 komentar:

Unknown mengatakan...

MENGAPA, APA, BAGAIMANA DAN SIAPA HARUS RUMI?